Aku punya sahabat. Dia adalah sahabat terbaik di dunia. Mungkin, kau akan iri kepadaku. Dia adalah sahabat paling hebat di alam semesta.
Dia adalah sahabat terbaikku. Kenapa? Dia adalah orang yang paling peduli kepadaku, peduli terhadap masa depanku, bahkan peduli pada pandanganku terhadap masa depanku.
Dia adalah kritikus yang paling rajin mengkritik setiap gerak-gerikku, bahkan bagaimana cara menarik atau menghembuskan nafas. Dia adalah saingan terhebatku dalam olahraga, yang mengubah joging pagiku yang santai menjadi lomba sprint jarak 200 meter yang menegangkan dan kental aroma persaingan.
Dia memiliki wajah dan ekspresi yang selalu membuatku iri, selalu membuatku terjebak dalam tawa yang terpecah dari kebohodohan paling konyol yang pernah terpikir oleh umat manusia.
Dia juga memiliki jiwa artistik yang cukup tinggi, kolaborasi gambar tangan yang kita buat seringkali melahirkan maha karya yang sangat luar biasa--setidaknya untuk kita berdua, menciptakan dunia baru yang sama sekali buta akan ke-kaku-an, menghasilkan pemandangan yang tak pernah habis dalam pencarian makna baru.
Dan dia, adalah pendebat paling hebat di antara orang-orang yang pernah aku hadapi, bahkan kita mendebatkan hal-hal yang sudah disepakati.
Dia adalah juga, objek pelampiasan terbaik yang bisa kudapatkan ketika aku marah dengan hidupku. Dia adalah lawan tanding yang bisa kuhajar habis-habisan dan lawan tanding yang bisa menghajarku hingga habis-habisan itu benar-benar habis.
Dan día adalah guru sekaligus panutan yang paling mudah untuk diikuti. Tidak pernah menggurui tapi selalu memberi pengetahuan, tidak pernah mendikte tetapi selalu menuntun kita semua.
Dia tertawa paling keras terhadap kebodohanku. Dia berteriak paling keras, untuk menyemangatiku. Dia bertepuk paling kencang, terhadap segala keberhasilan yang kucapai.
Dia adalah orang yang selalu dan paling memercayaiku, hingga aku tak pernah berhenti memercayai diriku sendiri.