Aku…… Aku ialah aku, bukan dia, kamu atau mereka. Aku adalah penulis, orang pertama tunggal. Dan jika masih dipertanyakan, siapa aku bukanlah hal yang penting. Tetapi yang penting ialah, siapa mereka… Mereka adalah pemuda-pemudi yang seperti Bung Karno bilang ; akan mengguncangkan dunia.
Mereka ialah manusia, makhluk paling sempurna ciptaanNya (ingatkah kau pada Q.S At-Tin:4?), dibandingkan jutaan bahkan milyaran makhluk lain. Mereka dikemas dalam seindah-indahnya bentuk dan dikaruniai satu otak dengan berjuta-juta pasang sel yang kesemuanya berfungsi dengan izinNya.
Kelas ini bukan kelas yang biasa-biasa saja, ini adalah kelas yang kompak luar biasa…. Kelas yang baik laki-laki ataupun perempuan saling menjaga perasaan satu sama lain. Dan perasaan itu, bahkan lebih indah dari cinta seorang kekasih.
Mereka ialah penduduk kelas PEPSI Inside, XI IPS 1. Penghuni sebuah Incredible Social Department yang mereka bangun sendiri, sendiri, dan dari sendiri, sendiri itu mereka bangun bersama. Kelas yang setiap inchinya tidak lolos dari pengawasan Gunawan Wiratmoko. Kelas yang tak akan rela ditinggalkan oleh Zakky Munawaar yang selalu dimirip-miripkan sebagai bandhot karena alasan bobot atau bagaimana, entahlah..yang pasti ia selalu ngeksis. Kelas yang perekonomiannya terjamin karena memiliki tiga ahli akuntansi, Faizal Ramadhan, Nelly Sulistyani Putri dan Allifaturrohmah. Kelas dengan arsip-arsip yang tertata rapi oleh tangan dingin Ola Mafaza serta penuh dengan karya seorang Arif Rosyidin (yang suka melakukan hal-hal yang harus di beri kalimat perigatan “Don’t try this at home”). Meski terkadang absensi dan jurnal terlihat bagai kitab kuno macam kitab zaman Majapahit di Tutur Tinular versi dulu yang belum tersentuh Mak Lampir dan segala kartu-kartunnya yang menakJubkan.
Begitulah, sedingin apapun es, pasti akan mencair dengan hangatnya batang-batang sinar matahari (sebagaimana yang terjadi di kutub-kutub), dinginnya kesan akan menghangat dengan pancaran kasih sayang yang hangat (hingga panas jika jiwa-jiwa pengembara ini datang terlambat) yang senantiasa mereka pancarkan setiap pagi. Semakin mencair karena adanya (entah boyband atau bagaimana yang pasti mereka adalah) enam pria tampan (jangan anggap ini serius dan jangan dimasukkan ke dalam hati): Agus Afrianto, Ahmad Nursani, Eko Okfianto, Faizal Iqbal, Fakhtur Rizqi, dan Purnowo Arif yang senantiasa berangkulan menghadap kearah matahari masa depan yang bersih bersinar…… *Sunlight.
Semakin siang, semakin ramai, semakin akrab dan semakin terlihat nafas-nafas pantang menyerah para pembawa panji-panji kesuksesan itu. Cita-cita mereka pun luar binasa!! (maaf, luar biasa maksudnya) berkibar mendunia! Korea akan digenggam Nawang Sari dan Lulu Farihati Jepang akan ditaklukan oleh Aziz Mustolih (karena begitu canggih cas cis cus wang weng wong desu bahasa jepangnya) dan Suci Ferry pun akan menggantikan Katty Perry sebagai penyanyi yang spektakuler nanti ketika sudah memiliki KTP dan Paspor (Aamiiin). Mereka semua bahu membau, bekerja sama tanpa pandang bulu (tapi pandang rambut) karena mereka sangat sadar bahwa kesuksesan adalah hak siapa pun!
Di sini, patriot-patriot proklamasi: Ryan, Pratik (yang lebih enak dipanggil aticca nur mey mey latee) dan Yuyun akan sedia berkorban untuk bumi pertiwi dan bibit-bibit unggul ini sungguh akan menjunjung tinggi kelengkapan, kerapian, dan keteraturan, baik di sekolah maupun lalu lintas di bawah pengawasan Jihan dan Puji sungguh membanggakan bukan? (Jika Anda ingin menjawab “bukan” di dalam hati saja ya :)
Dalam kebersamaan yang tak pernah memandang darimana mereka berasal (bahkan mungkin dari alam ghaib seperti Nihil misalnya, merupakan siswa yang jarang berangkat atau memang tak dapat dilihat? Yang pasti ia selalu kena absen). Seperti pemuda dari ranah Sumatera P. Albert Johan Siregar pun berbaur di sini sebagai bukti bahwa mereka selalu memegang teguh prinsip bhineka tunggal ika. Yang seru *teriaknya gokil Mila, yang kalem pake beudht Nurisna Fauziyah, De Dita yang galak-galak imut gimana gitu, yang western dan keren abis (Ingat! Kerennya sudah habis hehe) Lutfi Yulia adalah segelintir dari seabrek karakter yang melebur menjadi satu disana. Juga bebagai profesi pun ada disini seprti atletwati basket Widya, pendekar dunia persilatan Latifatun Nafisah, hingga pujangga berdarah Sunda-Jawa yang akrab dipanggil Budhe Nunu pun turut menanam cita-cita mereka.
Dalam keseharian sebagai siswa terpelajar mereka senantiasa berfikir kritis, logis, dan menglobal sampai menggombal. Mereka angkat permasalahan-permasalahan yang berceceran dalam kehidupan sehari-hari yang sering dianggap tabu seperti “Mengapa banyak anak sulit menghafal?” ternyata hal tersebut disebabkan oleh wejangan “Hafalkan! Sampai ngelotok di luar kepala”. Nah, darisinilah baru dapat ditelaah. Jelas banyak anak sulit menghafal jika yang hihafal akan ngelotok dan kabur ke luar kepala. Seharusnya wejangannya begini “Hafalkan! Sampai tertanam dalam memori Anda” bukankah itu lebih baik? Ini hanya opini belaka.
Sekian dan terima kasih.
#Nb : Oh iya, ngomong-ngomong…. Wali Kelas kita : Drs. Saryono (yang jago bahasa Inggris itu….. tu) hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar