Di Gedung Tua
Terkisahlah sebuah cerita yang
berasal dari sebuah Desa di sudut kota,
yang terkenal akan kedamaiaanya. Desa ini sangat indah, lingkungannya hijau dan
udaranya masih segar terbebas dari polusi. Di pagi buta, banyak orang yang
pergi ke sawah untuk mencari nafkah. Kehidupan di sini sangat tentram. Di desa
ini terdapat sebuah bangunan yang cukup mencolok. Bangunan bekas Belanda yang
berdiri kokoh.
Bangunan tua bercat merah ini adalah rumah
kami. Rumah keluargaku, keluarga yang cukup terpandang, bukan karena kekayaan,
bukan karena kami artis atau selebritis, bukan juga karena kami pendatang baru
dari luar negri. Ayahku bukan ustadz yang ngetop,
Ibuku bukan seorang Diva yang jago nyanyi. Dan Aku bukan artis ABG yang
sensaional, aku bukanlah siapa-siapa, kami hanyalah keluarga yang biasa-biasa
saja. Lalu apa yang membuat keluarga kami cukup dipandang??
Ternyata keluarga kami terkenal hanya karena
lokasi rumah kami yang berada di sudut utara sebelah kanan perempatan Jalan
yang menuju ke daerah kuburan. Penduduk di sini percaya bahwa di tempat ini,
banyak berkumpul dhemit. Namun kami
yang tinggal di sini tidak merasakan apapun.
Kamarku terletak di sudut kanan
depan rumah kami. Kamarku gelap, sinar matahari tidak bisa menembus kamarku
kecuali saat siang hari. Sirkulasi udaranya pun tidak lancar, kecuali jika Aku
membuka jendela dan pintu kamarku.
Yah, begitulah rumah kami.Rumah
tempat tinggal kami. Bicara soal rumah kami, aku pernah mendapat pengalaman
aneh bin wagu.
Kisah ini dimulai
saat aku masih belia, kira.... pada tahun.....(entah kapan). Pokoknya saat aku
masih kecil, umurku kir-kira sembilan, atau sepuluh tahun, atau mungkin juga
sebelas.