Kamis, 11 Oktober 2012

Jogerku Sayang Sandalku Malang

Segalanaya butuh perjuangan. Pepatah barat mengatakan, no pain no gain. Nggak ada rasa sakit, nggak ada aspirin. Nggak ada rasa pahit, nggak ada jamu paulin.

Nggak tau jamu paulin? Itu tu.. saingan beratnya jamu buyung upik. Tapi pemasarannya udah lebih mengglobal, semacam  udah dapet invest dari saudagar-saudagar Amerika.

Oke, ini makin bikin bingung. Intinya adalah, jika kita ingin memperoleh sesuatu kita harus berjuang. Nggak ada hubungannya sama jamu emang. Saat kita mempunyai citacita atau mimpi, atau angan atau keinginan, atau asa atau cita-cita atau bisa nggak udahan atau ataunya?

*take a break*

Jadi gini guys, baru-baru(1-2) ini, gue baru(3) aja kehilangan sandal baru(4) gue, yang baru(5) dibeliin sahabat baru(6) gue, di pulau Dewata. Bali. Iyap, dibeliin. Karena pertama, selain gue nggak punya duit, gue juga nggak ikutan ke Bali :’(  Nggak dapet izin dari babeh dan enyak.

Loe tau? Minta izin sama babeh gue itu, birokrasinya lebih berbelit-belit daripada per-politik-an Indonesia ataupun sistem administrasi Smansa(?) Mendingan minta maaf, daripada minta izin. Ibaratnya, mendingan gue kabur duluan ke Bali baru minta maaf ke babeh. Unfortunately, sayangnya gue nggak punya duit. Jadi yah... nggak bisa kabur, dan terpaksa gigit jari. *bukan arti sebenarnya ye

Kembali soal sandal, kira-kira beberapa hari yang lalu, gue main ke warnet. Nggak lama, cuman yaaaa 2-3jam an lah. Nggak sampe kayak para maniak game online, yang bisa sampe 6-8jam mantengin monitor (sampe-sampe lupa boker)

Dan mungkin bukan hari hoki gue, karena shio gue.... anjing kalo nggak salah, dan bintang gue sagitarius, lahir selasa pon, jadi nggak cocok kerja di air. Nah, saat itu hari minggu dan waktu itu hujan. Lengkap sudah, itu bukan hari baik gue.

Terjadilah insiden pencurian sandal itu. Makhluk kesayangan gue, joger biru, gratisan, lenyap tak berbekas. Melihat situasi ini, sang penjaga warnet pun beraksi. Ia pun melakukan investigasi, menghitung, menimbang serta meneliti perbandingan antara jumlah kaki dan sendal yang tersedia. Tak lupa ia pun mewawancarai mereka satu per satu.

Namun nasi sudah menjadi basi, dan bubur sudah menjadi ancur. (sengaja diancurin, karena namanya juga bubur)  sandal gue pun resmi ilang. Sedih?

Dan yang bikin gue bencciiiiiiii banget (oke itu alay). Orang yang nuker sandal gue itu,  ninggalin sandal yang kekecilan dan nggak pas (sama sekali).

Saat itu pun gue langsung kepikiran  buat nulis artikel “tata cara nyolong sendal yang baik dan benar” kalo kamu penasaran, bisa ditunggu.

Dalam waktu yang sama, gue juga teringat pepatah buatan teman sendiri.
“SESUATU YANG HILANG, APABILA KEMBALI TIDAK AKAN SAMA LAGI” dan gue 100% setuju sama pepatah ini. Karena telah terbukti benar...

_____

Mengenang 5 hari hilangnya JOGER JELEK warna biru...

Semoga siapapun pemilikmu selanjutnya, dia orangnya baik. Ngasih makan yang bener, tempat tinggal layak dan ya... bisa menjadi imam yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar