Sabtu, 24 Agustus 2013

Cinta, bahasa tanpa huruf atau suara

Kalo kita mepelajari cinta dari membaca buku-buku Khalil Gibran, yang akan kita dapatkan adalah pengetahuan tentang cinta serta liku-liku yang panjang tidak habis-habisnya.

Lalu cinta itu apa? Cinta itu bukan liku-liku, cinta itu sebuah fragmen kehidupan, cinta itu bukan gula-gula.

Cinta itu... kita tidak bisa menjelaskan dan mendefinisikannya. Masuklah ke dalamnya, Anda akan menjadi cinta itu sendiri. Anda akan menceritakan diri Anda yang kasmaran dengan lancar. Cinta itu bercerita dengan bahasa tanpa huruf, tanpa suara, bahkan dengan bunga, dengan rumah, dengan bahasa apa saja. Yang penting orang tahu itu adalah bahasa cinta yang bisa dimengerti oleh semua makhluk.

Jumat, 23 Agustus 2013

WIN

Let me tell you something you already know. The world ain't all sunshine and rainbows. It's a very mean and nasty place and I don't care how tough you are it will beat you to your knees and keep you there permanently if you let it. You, me, or nobody is gonna hit as hard as life. But it ain't about how hard ya hit. It's about how hard you can get it and keep moving forward. How much you can take and keep moving forward. That's how winning is done! Now if you know what you're worth then go out and get what you're worth. But ya gotta be willing to take the hits, and not pointing fingers saying you ain't where you wanna be because of him, or her, or anybody! Cowards do that and that ain't you! You're better than that! 

Minggu, 04 Agustus 2013

Ayahku

Ah, ayahku. Dia orang yang luar biasa. Aku kagum padanya. Tentu saja, seperti jutaan anakn lainnya. Tapi, aku bukan orang yang fanatis, aku rasa dia juga begitu. Terkadang kami saling berselisih pendapat dan aku jarang sekali memenangkan argumenku. Aku belajar banyak soal keras kepala-darinya.

Dia orang yang sangat sering memberiku kultum,yang tidak ahanya tujuh menit tentu saja. Ketika aku terlambat sholat berjama'ah, ketika aku lebih keras abernyanyi daripada membca al-qur'an, ketika barang-barangku berserakan tidak tertata, ketika aku berangkat ke sekolah dengan terburu-buru (hal yang juga kupelajari darinya). Serta hal lain, yang tak jarang dia pun melakukannya. Sampai-sampai aku gemas ingin sekali ingin memberinya kultum. Tapi tak pernah kulakukan.

Tentu saja dia bukan makhluk yang sempurna, dia melakukan banyak kesalahan. Namun, aku selalu berusaha "mendengar apa yang dikatakan, bukan melihat siapa yang bicara" Apapun yang ia katakan, sarankan dan nasihatkan kepadaku adalah hal-hal yang baik dan untuk membuatku lebih baik. Dia orang yang baik, bukan?



Entah, apakah dia memiliki ayah sebaik ayahku.
Yang kuyakini, ayahku adalah orang yang baik. Dan Tuhan Maha Baik menjadikan aku bagian dari keluarga ayahku.

Aku

Aku? Entah, aku tak begitu tahu apa yang orang lain tau tentangku. Mereka punya kacamata yang berbeda-beda. Mereka melihatku dari arah, waktu dan kondisi yang berbeda. Ketika kulontarkan pertanyaan "menurutmu, aku ini orang yang bagaimana?" Pernyataan panjang lebar mereka sampaikan, yang terkadang membuatku tidak mengenali diriku. Dari mata mereka.

Aku bukan orang jahat. Aku bisa pastikan hal itu. Setidaknya, dari kacamataku. Aku diajari untuk tidak menjadi jahat. Dan aku tidak pernah belajar untuk berbuat jahat. Ketika orang lain menganggapku jahat, mungkin aku sedang berbuat kesalahan. Namun, aku berjanji tidak akan pernah belajar untuk menjadi jahat.

Aku orang yang naif. Aku suka pemandangan yang indah, lingkungan ayang bersih, alam yang subur, air yang jernih, angin yang sejuk, pohon yang rindang, awan yang teduh dan matahari yang cerah. Namun aku aorang yang naif. Aku masih melanggar banyak budaya "membuang sampah pada tempatnya." Aku bukan pecandu pelanggaran, tapi aku cukup sering melanggar. Aku suka keindahan, tapu aku mengindahkan lingkungan sekitarku. Kamarku, adalah lingkungan yang aku jarang sekali melihatnya indah dan rapi.

Al\ku orang yang cerewet dan pendiam di saat yang bersamaan. Aku orang aneh paling wajar yang pernah kukenal. Aku orang yang jauh lebih baik dari diriku. Ya. Aku tahu aku lebih baik. Aku selalu menjadi lebih baik dari diriku dan akan seterusnya begitu.


Aku.

Romansa Sepasang Cinta


Ini dari marunnya langit-langit hati,
Nan sesak romansa
Dansa sepasang cinta dipelataran purnama
Disoroti sinar anggun melingkari,
Senyum-senyum sarat arti
Ada yang bertemu disetiap kerling mata
Ada rindu disetiap segaris senyum
Ada pesan disetiap cinta yang mengudara
Kini ia membiru, hingga kelabu
Pelan, namun pasti ia terjatuh bersimpuh
Entah mengapa semua menepi
Ada yang sendiri
Yang sendiri itu berdiri dengan lutut
Mematut diri pada kediaman yang bisu
Sedih ditingkah sendu bertamu
Disambut rindu
Kini t’lah berganti tokoh utama
Pun alurnya
Karena entah mengapa semua menepi
Tirai disingkap dan digeser
Ada yang sendiri
Yang sendiri itu berdiri dengan lutut di bawah janggut
Kepala bersandar,
Pada tunduk dan kaki meja
[Budhe Nunu 2012]