Ini soal pundak.
Kadang kala, kau mungkin merasa membutuhkan pundak.
Sekadar ingin menyandarkan kepala, merebahkan rasa lelah karena hidup, menyambut kenyamanan rasa kantuk dan mencoba terlelap di atas pundak itu.
Namun, kau juga perlu pahami. Pundak macam apa yang kau jadikan sandaran.
Kau musti paham betul pundak yang kau pilih itu tepat, dan tidak akan membahayakanmu, atau menjatuhkanmu di tengah jalan.
Terlebih lagi, menjebakmu, memberikanmu perasaan yang luarbiasa nyaman seolah kau telah menemukan rumahmu sendiri, namun di waktu yang bersamaan, membongkar semua aib dan sisi lemahmu, sisi yang harus dijaga dan dilindungi.
Kehormatan.
Maka ada kalanya kau harus sadar, bahwa kau belum membutuhkan pundak itu.
Kau masih harus mampu bersandar pada tulang belakangmu sendiri.
Masih harus mampu menjaga dirimu, kehormatanmu.
Sendiri tidak selalu berarti buruk, dan bersama tidak pernah selalu baik.
Tampilkan postingan dengan label LOVE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LOVE. Tampilkan semua postingan
Jumat, 07 Februari 2014
Sabtu, 24 Agustus 2013
Cinta, bahasa tanpa huruf atau suara
Kalo kita mepelajari cinta dari membaca buku-buku Khalil Gibran, yang akan kita dapatkan adalah pengetahuan tentang cinta serta liku-liku yang panjang tidak habis-habisnya.
Lalu cinta itu apa? Cinta itu bukan liku-liku, cinta itu sebuah fragmen kehidupan, cinta itu bukan gula-gula.
Cinta itu... kita tidak bisa menjelaskan dan mendefinisikannya. Masuklah ke dalamnya, Anda akan menjadi cinta itu sendiri. Anda akan menceritakan diri Anda yang kasmaran dengan lancar. Cinta itu bercerita dengan bahasa tanpa huruf, tanpa suara, bahkan dengan bunga, dengan rumah, dengan bahasa apa saja. Yang penting orang tahu itu adalah bahasa cinta yang bisa dimengerti oleh semua makhluk.
Selasa, 30 Juli 2013
KITA COCOK!
Kamu bisa nulis. Aku bisa baca. Kita cocok. Serasi. Cie
Kamu pandai masak. Aku pinter makan. Kita cocok. Serasi. Cie.
Kamu suka deskripsi-penjelasan- Aku suka narasi-cerita- Kita emang udah cocok.
Kamu suka film, aku suka kamera.
Kamu tertarik sama lukisan, aku tertarik sama kuas.
Kamu ringan bertanya, akutak keberatan menjawab.
Kamu selalu terlihat bahagia, aku selalu terdengar ceria.
Kamu nggak suka digantung, aku nggak suka bergantung.
Kamu akan jadi wanita dan aku akan jadi pria.
Wanita ditakdirkan berpasangan dengan pria.
Aku nggak bermaksud apa-apa, cuman....
Kadang, takdir emang udah keliatan tanda-tandanya.
Kamu pandai masak. Aku pinter makan. Kita cocok. Serasi. Cie.
Kamu suka deskripsi-penjelasan- Aku suka narasi-cerita- Kita emang udah cocok.
Kamu suka film, aku suka kamera.
Kamu tertarik sama lukisan, aku tertarik sama kuas.
Kamu ringan bertanya, akutak keberatan menjawab.
Kamu selalu terlihat bahagia, aku selalu terdengar ceria.
Kamu nggak suka digantung, aku nggak suka bergantung.
Kamu akan jadi wanita dan aku akan jadi pria.
Wanita ditakdirkan berpasangan dengan pria.
Aku nggak bermaksud apa-apa, cuman....
Kadang, takdir emang udah keliatan tanda-tandanya.
Kamis, 13 Juni 2013
Orang tua kita mengajari lebih
Pernah nggak kamu
merasa sendiri?
Benar-benar sendiri..
Benar-benar sendiri..
Seperti dahulu,
ketika kita masih kecil dan kedua orang tua kita harus pergi sehingga kita
harus tinggal dirumah, dan sendirian. Hingga larut malam, orang tua kita belum
juga pulang. Sedangkan diluar sana hujan, dan angin berhembus sangat kencang.
Kita yang masih
sangat kecil, takut listrik akan padam. Kita selalu membuka tirai jendela
semenit sekali, berharap segera tampak lampu kendaraan yang membawa kedua orang
tua kita. Namun bunyi kendaraan, ataupun sorot lampu kendaraan tak juga muncul.
Yang ada hanya suara rintik hujan yang membentur genteng, serta tersangkut
didedaunan. Yang ada hanya cahaya kilat, diikuti petir yng menyambar, sehingga
kita cepat-cepat menutup pintu dan masuk kedalam tumpukan selimut.
Dan akhirnya
terlelap, hingga akhirnya dipagi hari ibu membangunkan kita. Kita marah-marah
karena kejadian semalam, namun ibu hanya tersenyum. Dan hanya tersenyum.
Pernah nggak kamu
merasa kecewa?
Kecewa, bahkan kesal…
Seperti dahulu, ketika ayah terlambat menjemput kita. Padahal hari sudah sangat sore, dan PR kita masih banyak. Ayah membuat kita menunggu sangat lama, terlalu lama untuk ukuran anak sekecil kita waktu itu. Hingga kita adalah orang terakhir yang menunggu jemputan. Hingga guru-guru bahkan telah pulang kerumah mereka masing-masing. Hingga penjaga sekolah berkali-kali menatap kita, dan hanya tersenyum. Kecewa dan kesal karena orang yang kita tunggu-tunggu tak kunjung datang. Dan ketika ia datang, ia bahkan tidak tersenyum. Yang ada hanya kerutan di keningnya, yang kita tak tahu apa artinya. Kita belum tahu apa artinya. Kemudian kita segera menghampiri ayah, dan tak sekalipun menjawab pertanyaan-nya. Dan ia pun kemudian diam.
Kecewa, bahkan kesal…
Seperti dahulu, ketika ayah terlambat menjemput kita. Padahal hari sudah sangat sore, dan PR kita masih banyak. Ayah membuat kita menunggu sangat lama, terlalu lama untuk ukuran anak sekecil kita waktu itu. Hingga kita adalah orang terakhir yang menunggu jemputan. Hingga guru-guru bahkan telah pulang kerumah mereka masing-masing. Hingga penjaga sekolah berkali-kali menatap kita, dan hanya tersenyum. Kecewa dan kesal karena orang yang kita tunggu-tunggu tak kunjung datang. Dan ketika ia datang, ia bahkan tidak tersenyum. Yang ada hanya kerutan di keningnya, yang kita tak tahu apa artinya. Kita belum tahu apa artinya. Kemudian kita segera menghampiri ayah, dan tak sekalipun menjawab pertanyaan-nya. Dan ia pun kemudian diam.
Pernah nggak kamu
merasa sedih?
Sedih, bahkan
terluka…
Ketika orang yang
benar-benar kita cintai, pergi meninggalkan kita. Meninggalkan kita.
Seolah-olah, kita adalah sesuatu yang tidak diperlukan lagi. Seolah-olah kita
telah melakukan hal yang sangat buruk, sehingga ia harus pergi dan meninggalkan
kita. Padahal kita masih sangat mencintainya. Padahal kita sangat
menyayanginya. Namun, saat kita menangis karena terluka ibu hanya tersenyum.
Lagi-lagi hanya tersenyum seolah-olah tak mau mengerti perasaan kita. Tak mau
tahu, dan terus saja hanya tersenyum.
Saya tau kamu
pernah, saya pikir kita semua pernah. Atau setidaknya sebagian dari kita
pernah.
Seperti kita tahu,
keluarga adalah lembaga pendidikan pertama kita dan orang tua adalah guru
pertama kita. Orang tua kita mengajari banyak hal, lebih banyak dari siapapun,
guru manapun.
Orang tua mengajari kita untuk tidak menyerah meski kita jatuh dan mungkin terluka. Dia terus menggenggam tangan kita. Hingga entah berapa ribu kali kita tertajatuh dan toh akhirnya kita dapat berdiri lagi dan hasilnya bisa berjalan, hingga saat ini.
Orang tua bahkan mengajari kita cara mengenali
diri kita sendiri. Mereka mengajari kita berbicara, meski tampaknya mustahil
karena apa yang keluar dari mulut kita hanya celotehan, tawa dan tangis.
Bagaimana mungkin kita bisa bicara seperti mereka???
Tapi mereka tetap
saja melakukannya, mengajari kita, "memanggil" kita. Karena mereka
tahu dan percaya, kita bisa, seperti jutaan anak lainya, kita pasti bisa. Dan
akhirnya, kita bahkan berbicara bahasa lain yang tidak mereka kuasai. Inggris,
Jepang, atau mungkin.... Korea?
Orang tua kita. Ya.
Mereka tahu banyak hal.
Bukan soal ilmu
pengetahuan atau sains atau pemansan global. Mereka tahu banyak hal, soal
dunia, soal kehidupan, soal kita. Mereka hidup jauuuh lebih lama dari kita, dan
membuat kita tetap hidup. Mereka belajar jaaauuuhh lebih dulu daripada kita
semua, dan mengajari kita cara untuk belajar.
Mereka tahu dunia
tidak selalu terang, tak selalu cerah, akan datang waktu malam, dan terkadang
langit tertutup mendung.
Mereka tahu, bahwa dunia tak selalu lembut. Adakalanya ia keras. Tak seperti yang kita inginkan, tak seperti yang kita harapkan. Tak seperti yang kita duga. Bahkan sama sekali tak terduga. Sama sekali tak seperti yang kita harapkan, dan sama sekali tidak kita inginkan.
Mereka tahu itu, dan
mereka tahu itu akan berlalu.
Mereka tahu esok paginya kita akan terbangun dan seolah-olah rasa takut, kecewa, dan kesedihan itu hilang. Puffttt…. Hilang, dan menguap, begitu saja. Dan kita masih, baik-baik saja.
Mereka, bisa saja
mengajak kita dan tidak meninggalkan kita sendirian di rumah dengan resiko kita
akan berbuat hal buruk saat mereka sedang menjani urusan yang penting –karena
umur kita yang belum mencukupi- atau dengan resiko kita sakit karena terkena
angina malam, atau kelelahan dan esok paginya tak dapat bersekolah.
Mereka mengajari kita
bersabar lebih dari batasan kita di usia kita saat itu dengan kita harus
menunggu lebih lama, sangat lama –meskipun kita semua tau, mereka pasti punya
alas an yang sangat kuat, mungkin sangat penting, sehingga mereka tidak bisa
datang tepat waktu.
Mereka mengajari
kita mengikhlaskan, menerima, dan menghadapi kenyataan, kenyataan bahwa apa
yang kita miliki bukanlah milik kita sendiri. Dari senyum ibu, ia berkata "nak
ayahmu tidak pergi kemanapun, dia hanya berpindah milik, syurga sudah lama
ingin bertemu dengan beliau"
Mereka mengajari kita untuk tidak takut, untuk menjadi pemberani, untuk menjadi penyabar, untuk mengikhlaskan dan untuk menjadi manusia yang selalu bisa “baik-baik saja”
Itulah mereka, mengajari kita tanpa mengajari. Itulah mereka,
yang mengajari kita secara tidak langsung. Bahkan mungkin, tanpa mereka sadari.
Karena ada Tuhan pada diri mereka, Tuhan mengajarkan kita hidup melalui mereka
sebagai perantara, orang tua kita.
Untuk orang tuaku tercinta.
Ibu. Ibu. Ibu. Dan Ayah.
Aku selalu menyayangi kalian.
Minggu, 19 Mei 2013
AIR MATA & CINTA
Katanya nih, cinta bikin apa yg dicintai itu bener-bener masuk ke lubuk hati. Bicara lubuk hati, apalagi yg terdalam, pasti berkaitan banget ama yg namanya kelembutan. Hati tuh lembuuuttt banget. Kalo dah kayak gini nich, cinta itu deket ama yang namanya air mata, nangis dech... Makanya, orang yg lagi jatuh cinta, bakal gampang nangis kalo inget ama yg dicintainye, ya kagak? Ngaku dech!
Ngomong-ngomong soal nangis nich, disini Ada 2 cerita. Ceritanya jadul
Cerita pertama.
Dulu, ada negeri kafir yg mo nyerang negeri Islam. Ketua kafir itu atur siasat. Sebelum nyerang, diselidiki dulu negeri Islam itu. So, si ketua ngutus seorang mata-mata ke negeri Islam itu. Si mata-mata tadi nyamar jadi orang Islam. Trus dia masuk ke negeri Islam itu. Tampangnya pokoke Islam banget dah, pake janggut segala kali! Tiba-tiba dia ngeliat ada seorang anak muda yg lagi nangis di pojokan dinding. Penasaran, si mata-mata tadi ngedeketin tuh anak muda. Trus dia nanya : " Kenapa kamu nangis?" Jawab anak muda tadi : "Aku nangis karena tadi aku ketinggalan shalat berjama'ah di masjid." Kagetlah si mata-mata. Trus dia balik ke negerinya dan laporan ke ketua. Dia nyeritain apa yg diliatnya di negeri Islam. Trus kata ketua : "OK, kita jangan nyerang Islam dulu. Tunggu kalo saatnya dah tepat."
Cerita kedua.
Sebetulnya ini lanjutan dari cerita pertama tadi. Beberapa tahun kemudian, diutus lagi dech mata-mata. Then, si mata-mata nyamar jadi orang Islam. Pokoknya kayak cerita pertama. Trus dia ngeliat ada anak muda yg nangis lagi duduk. Si mata-mata ngedatengin tuh anak trus nanya : "Kenapa kamu nangis?" Jawab si anak muda : " Aku nangis karena baru aja ditinggal ama kekasihku?" Ngedenger jawaban kayak gini, si mata-mata balik ke negerinya. Dia lapor ke ketua tentang apa yg diliatnya di negeri Islam. Trus, sang ketua berkata : "OK, saatnya kita serang mereka!"
Bener, negeri kafir kemudian nyerang negeri Islam tadi . Dan apa yg terjadi, soddara-soddara? Maka, hancur-lebur dan luluh-lantaklah negeri Islam itu. Masya Allah...
Kenapa hayo koq bisa kayak gitu? Ketua kafir tadi ngeliat kalo yg pertama, pemuda-pemuda Islam-nya sholeh-sholeh. Mereka cinta benget ama Allah. Sampe-sampe mereka sedih & nangis gara-gara ketinggalan shalat berjama'ah di masjid. So, kalo negeri kafir nyerang saat itu, pasti orang kafir kalah.
Trus, setelah beberapa tahun, ada yg berubah di negeri Islam itu. Anak-anak mudanya dah ga sholeh lagi (atw mungkin kurang sholeh kali ya...). Ini bisa diliat ada anak muda Islam yg nangis gara-gara ditinggal pacarnya. Pasti, hari-harinya dihabisin bwt kekasihnya, bwt nemenin, bwt mikirin, en bwt-bwt yg laen. Knapa waktunya kagak dihabisin bwt Allah & Islam yak? Ini pertanda kalo negeri Islam tadi dah lemah. Ini dia saatnya buat nyerang.
Gitu, Fren.
Generasi yg pertama nangis ngeluarin air mata (ya iyalah, masak ngeluarin ingus) gara-gara cinta sama Allah.
Generasi yg kedua nangis ngeluarin air mata (air mata buaya bukan ya?) gara-gara cinta ama pacarnya.
Nah, Pren, air mata kita termasuk yg mana nich?
Kalo kita nangis gara-gara siapa hayo??
Yg jelas bukan gara-gara ARIF ROSYIDIN!
Hehehe.. Moga2 air mata & nangis kita hanya karena Allah! :)
Sabtu, 18 Mei 2013
Love is four letter word
"Tidak pernah ia terlalu cepat, karena hadir dalam perkenalan singkat. Tidak pula terlambat, ketika ia perlahan merambat diantara dua sahabat lekat."
Cinta.
Jumat, 19 Oktober 2012
KAMU
Yang perlu dicamkan dalam hati adalah wanita tercipta dari tulang rusuk
pria, dia diciptakan bukan dari tulang kepala untuk menjadi atasan pria
dan tidak diciptakan dari tulang kaki untuk menjadi bawahan pria namun
berasal dari tempat yang aman di sisi pria untuk dilindungi agar dapat
merasa aman baginya.
Sabtu, 13 Oktober 2012
YGM
Gue nggak mau dibilang munafik.
Gue seneng liat elu bahagia. Iya!
Tapi gue nggak akan bahagia,
kalo lu seneng
gara-gara ada
orang lain
yang bikin lu seneng
Gue munafik? Iya!
Gue seneng liat elu bahagia. Iya!
Tapi gue nggak akan bahagia,
kalo lu seneng
gara-gara ada
orang lain
yang bikin lu seneng
Gue munafik? Iya!
Jumat, 10 Agustus 2012
Lupa judulnya
Saat Waktu terus berlalu
Sampai kini Kau masih di hatiku
Kerinduan yang kini kurasa
Memaksaku tuk pergi dari tempatku berdiri
Saat detik terus berganti
Kau pun turut berlalu pergi
Tinggalkan aku dengan bayangan indahmu
Jadikan engkau mimpi terindah bagiku
Dan di detik ini sampai nanti
Aku akan tetap mengukir mimpi
Menunggumu berkenan singgah di hati
Bersama kita mengukir mimpi
Biarpun Detik ini berlalu dengan bayangmu
Namun kau tetap ada di sisi hatiku
Dan di detik ini aku akan tetap ada untukmu
Walau tak bisa ku miliki hatimu
#tulisan zaman alay (baca:smp)
Sampai kini Kau masih di hatiku
Kerinduan yang kini kurasa
Memaksaku tuk pergi dari tempatku berdiri
Saat detik terus berganti
Kau pun turut berlalu pergi
Tinggalkan aku dengan bayangan indahmu
Jadikan engkau mimpi terindah bagiku
Dan di detik ini sampai nanti
Aku akan tetap mengukir mimpi
Menunggumu berkenan singgah di hati
Bersama kita mengukir mimpi
Biarpun Detik ini berlalu dengan bayangmu
Namun kau tetap ada di sisi hatiku
Dan di detik ini aku akan tetap ada untukmu
Walau tak bisa ku miliki hatimu
#tulisan zaman alay (baca:smp)
Selasa, 07 Agustus 2012
SECRET
Emosi seseorang tentu berbeda, gue nggak tau yang mana yang lebih baik. Antara yang mudah menangis, sama yang hampir nggak pernah nangis. Gue nggak tau, karena manusia emang bukan barang yang begitu gampangnya. Gue juga nggak tau, gue lagi ngomong apa. Maka, abaikan saja.
Baru-baru ini gue nonton film, dan bikin gue nangis :'( aneh emang berasanya. Tapi, yeah I do. Gue bener-bener nangis. Nggak ada yang bilang gue cengeng, bahkan saat tangan kiri gue patah gue nggak nangis. Tapi, hanya karena sebuah kisah fiksi mata ini menjatuhkan tetes-tetes air. Dan gue resmi menangis.
Pertama gue ngerasa "tersentuh" yaitu saat gue baca novel. Sang Pemimpi judulnya, gue sendiri bingung kenapa nangis. Padahal kisah itu nggak semellow romeo and juliet. Gue juga inget waktu gue nonton 3 idiot gue sampe nggak bisa napas, karena hidung gue kesumbat (bukan air mata) tapi ingus.
Namun, disisi lain sinetron-sinetron sejenis ratapan anak tiri nggak pernah sama sekali membuat gue trenyuh. Sama-sekali. #frasa yang berantakan
Minggu, 05 Agustus 2012
Fase Paling Penting Dalam Pacaran
Fase dimana seorang ababil akan terlihat sangat labil ialah
fase pe de ka te. Kayak yang Radit
bilang, loe bakal rajin batja
majalah remaja cuma buat ngecek kolom zodiak dan nyocok-nyocokin zodiak loe
sama zodiak si doi.
Kalo cocok : “tuh kan bener…. Virgo emang cocok sama
kepribadian Cancer.”
Kalo nggak cocok : “wah, majalah nggak bener. Musyrik ini, bakar! Bakar! Bakar!”
Selain itu, loe juga bakalan menghubung-hubungkan semua yang
dipakai si doi sama warna kesukaan loe. Misal loe suka warna abu-abu, dan dia
suka warna putih.
Katakanlah
suatu hari :
Wah… dia pake baju putih (warna dia) sama bawahan abu-abu
(warna gue). Tuh kan…. Dia emang ada rasa sama aku….. :3
Sebelum gue bilang kalo loe itu bego. Mending loe intropeksi
diri dulu, kalo dia makenya hari Senin dan Selasa, itu namanya seragam OSIS!
Beg*!!!
Tanggal lahir loe bakal loe cari-cari dalam semua nomor atau
angka yang dia milikin. Mulai dari nomor telepon, nomor sepatu, nomor absen,
nomor rumah atau yang parah nomor togel. Dan yang nggak bisa ditoleransi, loe
sama-samain ama nomor pin ATM si dia.
Dan kalo loe emang udah benar-benar dibutakan sama cinta
monyet, mungkin loe juga bakal cari tau nomor antrian rumah sakit, atau pun
nomor tiket bisnya dia dan loe bandingin sama tanggal lahir loe #miris satu
saran gue, jangan pernah loe tanyain nomor ukuran lubang hidung dia. Atau loe
bakal dituduh sebagai manusia paling freak
sedunia. Dalam hal ini, loe harus percaya sama orang yang berpengalaman >
yaitu gue.
Selasa, 10 Juli 2012
Pengaruh kegantengan terhadap suatu hubungan
Siapa sih
yang nggak nyengir kalo Zayn Malik lewat depan rumah dengan pakaian bikini?

Siapa sih
yang nggak ngakak kalo Brad Pitt potong rambut gaya Opi Kumis yang botak
sebelah?
Siapa juga
yang mampu nahan tawa kalo misalkan Cristiano Ronaldo make kerudung paris
(loh??!)
Oke,
mungkin beberapa tulisan agak ganjil. Tapi percayalah, akan lebih ganjil lagi
kalo kejadian diatas nyata! (loh???)
Enggak kok,
sante sante~ Itu tadi hanya fiktif belaka.
Dan tulisan
gue kali ini akan bicara seputar cowok berface
macam cowok-cowok diatas.
Berapa
persen kegantengan berpengaruh dalam sebuah hubungan?
Gue
mengadakan survey kecil-kecilan dengan seorang narasumber. (lho?) wawancara
lebih tepat mungkin. Siapa? Ah nggak
penting, narasumber minta disembunyikan identitas aslinya. So, katakanlah
namanya BAMBANG, atau jika anda tidak suka nama bambang anda bisa menggantinya
dengan lombok, kencur, kunir atau yang lainya. Seperti saya bilang, itu tidak
penting!
Berikut
liputan-nya :
Langganan:
Postingan (Atom)